Minggu, 23 Agustus 2009

SKENARIO BIMBINGN KONSELING DI SEKOLAH

SKENARIO KEGIATAN BIMBINGAN KONSELING SMK LUGINA RANCAEKEK
TAHUN AJARAN 2009/2010

A. Sekenario Bimbingan Dan Konseling
Kegitan bimbingan konseling merupakan suatu hubungan yang bersifat membantu, yaitu interaksi antara konselor dan konseli merupakan suatu kondisi yang membuat konseli terbantu dalam mencapi perubahan yang labih baik. Dari hakekatnya sebagai hubungan yang bersifat membantu dan sebagai proses psikologis, konseling memberikan pengalamanan belajar yang baru kepada klien. Bagi individu yang berada dalam rentangan normal, konseling merupakan lingkungan yang sedemikian rupa dapat memberikan pengaruh untuk menguragi hambatan ke arah perwujudan diri yang lebih baik. Bagi inividu yang mengalami gangguan psikologis, konseling dapat membantu memperbaiki keadaan sehingga yang bersangkutan kembali ke keadaan normal dan lebih baik.
Dalam kegiatan bimbinga konseling, ada enam macam pengalaman baru yang dapat diperoleh oleh klien dalam proses konseling yaitu:
1. Mengenal Konflik-Konflik Internal
Konseling membantu orang untuk mengenal bahwa masalah-masalah yang dialaminya sesungguhnya bersumber dari konflik-konflik yang ada dalam dirinya dan bukan karena situasi di luar dirinya. Melalui kegiatan bimbingan konseling ini, klien dibantu untuk menyadari bahwa masalah psikologis yang dihadapinya sesungguhnya berada di dalam dirinya, apa yang ada diluar dirinya merupakan faktor yang mempengaruhi. Sedangkan faktor yang menentukan ada di dalam dirinya sendiri.
Langkah awal yang akan dilakukan oleh konselor adalah menyadarkan bahwa konselor tidak dapat berbuat banyak terhadap lingkungan yang diakui sebagai sebab dari masalah yang dihadapi klien. Berikut masalah-masalah yang biasa timbul dalam konflik internar diantaranya:
Penilaian negatif terhadap diri sendiri
Keharusan psikologi
Konflik kebutuhan-kebutuhan
2. Menghadapi Realitas
Banyak orang (remaja) yang tidak mampu menghadapi perubahan dalam dirinya, baik dalam bentuk fisik maupun psikologis. Seorang remaja yang baru tumbuh menjadi manusia dewasa, tanpa disadari mengalami perubahan baik fisik, maupun psikologis serta tututan lingkungan yang mengharuskan ia bersikap sebagai seorang remaja yang sewajarnya. Pada masa peraliah inilah (dari masa kanak-kanak ke masa remaja), remaja tidak memahami eksistensinya sebagai seorang remaja, atau banyak remaja yang tidak mampu menghadap masalah masalah dalam dirinya karena kekurangan – kemampuan menghadapi realitas. Mereka tidak mengetahui realitas yang sebenernya sebagai seorang remaja yang memiliki tugas perkembangan dalam khidupan ini. Peran konseling memberikan pemahaman dan membantu inividu dalam menghadapi realitas secara efektif, dan proses konseling dapat membantu individu untuk memperoleh suatu pengalaman yang lebih baik tentang realitas dan mempau menghadapinya secara efektif. Biasanya semaja yang tidak mampu menghadapi realitas kehidupannya di ekspresikan dalam tiga sikap diantaran adalah: Menghindar; Generalisasi berlebihan; dan Menyalahkan.
3. Mengembangkan Tilikan
Konseling murupakan pengalaman yang dapat membawa orang untuk menemukan siapa dia sesungguhnya dan hidup sesuai dengan keadan yang sesungguhnya. Bila orang mengetahui siapa dirinya antara lain mengenal kebutuhnya, nilai-nilainya, sikapnya, motifnya, kekuatanya, dan kelemahannya, dsb. Karena ia memahami benar tentang dirinya, maka ia memanfaatkan waktu dan dirinya sesuai dengan peta psikologisnya untuk mencapai perkembangan optimal dan kebahagiaan dirinya. Selain itu, kemampuan ini harus diimbangi dengan kemampuan untuk berhubungan degan orang lain.
4. Memulai Suatu Hubungan Baru
Konseling memberikan peluang kepada individu untuk memperoleh suatu jenis hubungan baru yang mungkin belum diperoleh sebelumnya. Dalam konseling, klien berinteraksi dengan konselor dalam serangkaian wawancara konseling. Selama interaksi ini klien akan menghayati suatu hubungan baru yang dapat mengembangkan keadaan pribadinya.
Bimbingan konseling akan berjalan dengan efektif apabila keadaan konselor dalam keadaan baik secara Psikologis, peduli terhadap orang lain, memiliki pengetahuan dalam prilaku, dan memiliki keterampilan dalam membantu orang lain. Dengan memiliki kualitas seperti itu, klien yang berintraksi dengan konselir, akan memperoleh pengalaman baru yang mungkin belum diperoleh sebelumnya atau dalam hubungan-hubungannya lainnya. Ada beberapa hubugan konseling yang tidak dapat dijumpai dalam hubungan lain. Diantaranya:
Ketulusan konselor dalam melakukan hubungan yang bersipat membantu. Ketulusan dan kebaikan konselor yang ditandai dengan sikap, ramah, hangat, bersahabat, dan sebagainya.dan sikap tersebut dapat menggugah klien untuk lebih meyakini diri sendiri.
Pemahaman yang diberikan konselor terhadap klien dengan segala latar belakang dan masalah-masalahnya, dapat membuat klien dapat diterima.
Ketulusan individu akan dipreoleh dan berkembang melalui interaksi dengan konselor yang tulus.
Resiko yang timbul dari hubungan dengan konselor, dengan sendirinya tidak menimbulkan akibat yang bersifat merusak akan tetapi dapat menunjang perkembangan.
Respon-respon baru, akan diperoleh melalui serangkaian interaksi dalam hubungan yang bersifat membantu. Dalam konseling, klien berlajar bagaimana membuat suatu respon yang baru dan efektif dalam berinteraksi dengan lingkungan.
5. Meningkatkan Kebebasan Psikologis
Banyak remaja menghadapai kesulitan dan masah, karena dalam dirinya terdapat kekurangan-bebasan dalam menyatakan hal-hal yang bersifat psikologis। Misalnya merasa takut untuk berbeda pendapat dengan orang lain, merasa tidak bebas untuk menyatakan perasaan tertentu, dan lain sebagainya। Konseling pada hakekatnya memberikan kesempatan kepada individu untuk mampu menyatakan dirinya secara bebas dan benar. Dalam konseling, individu dibantu untuk bagaimana menyatakan hal-hal yang bersifat psikologis dengan cara yang dapat dibenarkan. Beberapa kebebasan psikologis yang dapat dikembangkan melalui konseling antara lain:

a. Kebebasan untuk mengakui ketik-sempurn diri sendiri.
b. Kebebasan untuk mempertanggung-Jawabkan prilaku sendiri
c. Kebebasan untuk mengecawakan orang lain.
d. Kebebasan untuk menyatakan perasaan.
6. Memperbaiki Konsepsi-Konsepsi yang Keliru
Untuk dapat berbuat secara tepat, rejama harus mampu mewujudkan prilaku yang didasarkan atas konsepsi secara benar. Akan tetapi banyak orang yang memiliki konsepsi tentang prilakunya secara keliru. Sebagai akibatnya mereka kurang mampu menunjukan prilaku secara tepat sehingga banyak menimbulkan berbagai masalah. Konseling memberikan bantuan kepada orang agar memahami kekeliruan konsepsi tentang prilakunya. Selanjutnya mereka dibantu untuk mengembangkan konsep prilakunya secara benar, untuk kemudian diwudkan perilaku secara benar pula. Ada beberapa konsepsi-konsepsi keliru yang banyak dibawa remaja ke dalam konseling yaitu:
a. Konsepsi bahwa adanya masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan,
b. Konsepsi bahwa janji-janji yang tidak dapat dibatalkan, dan harus ditepati secara pasti,
c. Konsepsi bahwa masalah yang dihadapi adalah korban dari situasi atau orang yang bersifat merusak,
d. Konsepsi bahwa apa persepsi dan interpretasi selamanya sesuai. Gagasan yang disampaikan kepada individu lain akan sipersepsikan dan ditafsirkan sebagaimana yang diharapkan,
e. Konsep bahwa orang tahu persis apa yang dilakukannya.
Dari beberapa pengalaman baru tersebut di atas, apa bila berjalan dengan sesuai dengan perinsip bimbingan konseling, maka dapat berpengaruh terhadap prilaku individu menuju pada keadaan psikologi yang baik. Selain itu untuk menunjang keberhasailan dalam kegian bimbingan konseling di sekolah, maka diperlukan berbagai bentuk metodek mamaupun teknik bimbingan konseling diantaranya adalah:
Metode Bimbingan dan Konseling
a. Metode Non-Direktif
Metode Non-Direktif “Clientceterd Conseling” memberikan gambaran bahwa, dalam kegitan bimbingan yang menjadi pusat informasi dan data yang akan dianalisi oleh konselor adalah informasi dan data klien (Siswa). Karena itu dalam proses bimbingan ini kegitan sebagian besar diletakan dipundak klien itu sendiri. Dalam pemecahan masalah, maka klien itu sendiri didorong oleh konselor untuk mencari serta menentukan cara yang terbaik dalam pemecahan masalahnya.
b. Metode Rasional Emotif
Metode ini bertujuan untuk menunjukan dan menyadarkan klien bahwa cara berpikir yang tidak logis itulah merupakan penyebab gangguan emosionalnya. Atau dengan kata lain bimbingan rasional emotif ini bertujuan membantu klien membebaskan dirinya dari cara berpikir atau ide-idenya yang tidak logis dan mengantinya dengan cara-cara yanglogis.
c. Metode Analisis Transaksional
Analisis Transaksional menitik beratkan pada upaya untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi atas tingkahlakunya sendiri. Pikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan yang realitas, komunikasi yang terbuka, wajar, dan pemahaman dalan berhubungan dengan orang lain.
d. Metode klinikal
Pendekatan bimbingan klinikal menitik beratkan pada pendekatan yang logis dan rasional, tidak berorientasi kepada intelektual, tetapi berorientasi kepada personalisme, yaitu pendekatan yang memandang secara keseluruhan. Tujuan bimbingan dan konseling bukanlah semata-mata mengembangkan kemampuan intelektual. Tetapi membantu klien (siswa) untuk meningkatkan kematangan sosial, dan emosional sesuai potensi yang dimiliki. Dalam bimbingan klinikal ini hubungan antara konselor dan klien bersifat kemanusiaan. Masalah manusia sifatnya berkembang dan merupakan hasil konflik dengan lingkungannya, maka dari itu klien harus belajar mengunakan pemecahan masalah yang berorientasi kepada kenyataan yang objektif.
Teknik bimbingan dan konseling di sekolah
a. Asosiasi bebas; yaitu klien diupayakan menjernihkan atau mengikis alam pikir dari dalam pengalaman dan pemikiran sehari-hari, sehingga klien (siswa) mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya.
b. Interpretasi; adalah tekni yang digunakan konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, resistensi, dan transferensi klien.
c. Analisis resistensi; ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya tesistensi. Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan tesistensi
d. Analisi transferensi, konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensi agar terungkap neurosisnya terutama pada usia lima tahun pertamanya dalam hidupnya.
e. Teknik Interpretasi: dapat diartikan sebagai suatu usaha konselor untuk memberitahukan suatu arti pada klien.

B. Materi Bimbinga Personal dan Kelompk kecil
Dalam memberikan materi pada proses bimbingan, Pembimbing berorientasi pada masalah yang sedang dihadapi oleh siswa. Bimbingan membantu siswa untuk mengenal bahwa masalah-masalah yang dihadinya sesungguhnya bersumber dari konflik-konflik yang ada dalam dirinya dan bukan karena situasi luar dirinya. Melalui bimbingan siswa dibantu untuk menyadari bahwa masalah-masalah psikologis yang dihadapinya sesungguhnya berada di dalam dirinya, apa yang terjadi di luar dirinya merupakan faktor yang mempengaruhi. Sedangkan faktor yang menentukan masalah adalah berada pada dirinya sendiri.
C. Media Bimbingan
Media bimbingan merupakan sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya sebuah proses bimbingan, dan tentunya keberhasilan suatu kegiatan bimbingan konseling disekolah dapat terwujud dengan baik apabila di tunjuang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana yang perlu untuk menunjang keberhasailan proses bimbingan konseling di sekolah adalah; menyediakan alat-alat pengumpulan dan pengolahan data seperti: Komputer, Ruangan bimbingan, meja, kursi dan lailn-lain.
D. Manajemen Ruangan Bimbingan dan Konseling
Manajemen dapat diartikan sebagai Suatu upaya penataan dan pengelolaan ruang agar setiap individu berada dalam suatu suasana yang kondusif bagi perwujudan dirinya secara sehat sehingga mampu melakukan berbagai tugas secara efektif, efisien, dan produktif. Dalam lingkungan koseling, keadaan ruangan akan ikut serta mempengaruhi kualita kinerja konselor dan klien dalam keseluruhan proses bimbingan dan konseling. Oleh karena itu penetapan dan manajemen ruangan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keefektifan Bimbingan dan konseling. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam manajemen ruangan diantranya:
a. Tata Letak
Tata letak Lay-out merupakan suatu sistem pengaturan pengelolaan ruangan berserta perabotannya sedemikian rupa sehingga memberikan suasana yang kondusif bagi individu yang berada di dalamnya.
b. Iluminasi (Penerangan)
Iluminasi merupakan unsur ruangan dalam bentuk penerangan atau cahaya. Penerangan harus ditata sedemikian rupa sehingga membuat kenyamanan bagi individu yang berada di dalamnya. Cahaya yang terlalu kuata atau lemah dapat menimbulkan hambatan dalam melakukan kerja dan bahkan dapat menimbukan barbagai gangguan pribadi seperti stress, konflik, kurang gairah dan lain sebagainya.
c. Atmosfir
Atmosfir ruangan mencakup aspek keadaan suhu dan kelembaban udara di dalam ruangan. Keuda aspek ini perlu ditata sedemikian rupa sehingga menimbulkan suhu dan kelembaban yang dapat membuat individu di dalamnya merasakan kenyamanan. Pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi dan produktivitas konseling. Keadaan ruangan yang terlalu dingin atau panas dapat menganggu suasana konseling.
d. Warna
Warna-warna dapat memberikan pengaruh kepada suasana psikologis individu yang berada di dalamnya. Dendaknya ruangan ditata dengan warna-warna yang sedemikian rupa sehingga memberikan nuansa kenyamanan. Penataannya agar dibuat secara estetis dan memberikan rangsangan perilaku produktif.
e. Suara
Suara yang berada disekitar individu dapat mempengaruhi pola-pola peri-laku dan kenyamanan pribadi. Suara gaduh dan bising dapat menganggu konsentrasi kerja dan lebih banyak menimbulkan stress sehingga mempengaruhi produktivitas. Dan sebaliknya suara yang ditata sedemikian rupa dengan baik, misalnya alunan suara musik yang lembut dapat mempengaruhi dinamika individu.
f. Kerbersihan dan Estetika
Kebersihan dan keindahan merupakan lingkungan yang ikut serta mempengaruhi prilaku individu. Individu yang berada dalam lingkungan yang bersih dan penuh keindahan akan merasakan suasana yang nyaman dan dapat memberikan gairah kinerja yang produktif. Sebaliknya ruangan yang kotor dan tidak estetis dapat menimbulkan suasana bosan serta menurunkan motivasi.
g. Kesesakan dan Kepadatan
Kesesakan dan kepadatan akan timbul sebagai akibat dari ketidak-seimbangan antara keadaan ruangan dengan banyaknya orang. Keadaan ruangan yang sesak dan padat dapat menimbulkan suasana stress dan pada gilirannya dapat menghambat proses konseling.

Kamis, 20 Agustus 2009

INTELIGENSI (KECERDASAN)

Definisi inteligensi
Clapade dan Stern mengatakan bahawa inteligensi adalah “kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru”
K. Buhler
mengatakan bahwa inteligensi adalah “Perbuatan yang disertai pemahaman dan pengertian”
David Wechsler, seorang ahli di bidang ini mendefinisikan mengenai inteligensi sebagai “kapasitas untuk mengerti lingkungan dan kemampuan akal-budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya” pada kesempatan lain ia mengatakan bahwa inteligensi adalah “kemampuan untuk bertindak secara terarah, rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif”.
Dari definisi-definisi di atas, maka dapat kita ketahuai ciri-ciri inteligensi diantaranya:
Inteligensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus di simpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasonal.
Intelegensi tercermin dari tindakan yang terarah, pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan memecahkan masalah yang timbul dari dalam dirinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Intelengsi
1. Pengaruh faktor bawaan
Panyak penelitain yang menunjukan bahwa individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersank saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkorelasi tinggi (+ 0,50). Sedangkan akan kember memiliki korelasi sangat tinggi (+ 0, 90), sedangkan diantara individu yang tidak bersanak keluarga korelasinya renda sekali (+ 0, 20). Bukti lain dari adanya pengaruh bawaan ada hasil-hasil penelitian terhadap anak-anak yang diadopsi. IQ mereka ternyata masih biokorelasi tinggi dengan ayah/ibu yang sesungguhnya (bergerak antara + 0, 40 sampai + 50). Dedangkan korelasi dengan orang tua angkatnya sangat rendah (+ 0,10 sampai + 0,20). Selanjutnya study terhadap kembar yang diasuh secara terpisah, juga menunjukan bahwa IQ mereka tetap berkorelasi tinggi. Ini menunjukan bahwa walaupun lingkungan berpengaruh terhadap tarap kecerdasan seseorang, tetapi banyak hal dalam kecerdasan itu yang tetap tak terpengaruh.
2. Pengaruh faktor lingkungan
Walau ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, tetapi ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Inteligensi tentunya tidak terlepas dari otak. Dengan kata lain perkembangan organik otak akan sangat mempengaruhi tingkat inteligensi seseorang. Di pihak lain perkembangan otak sangat dipengeruhi oleh gizi yang di konsumsi. Oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan inteligensi seseorang.
Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga peranan yang amat penting. Berbagai penelitian menunjukan bahwa inteligensi bisa berkurang karena tidak adanya bentuk rangsangan tertentu dalam awal-awal kehidupan individu. Skeels dan Skodak menemukan dalam study logitudinal mereka bahwa anak-anak yang didik dalam lingkungan yang kaku, kurang perhatian, kurang dorongan lalu di pindahkan kedalam lingkungan yang hagat, penuh perhatian, rasa percaya, dan dorongan, menunjukan peningkatan skor yang cukup berarti pada tes kecerdasan.
Zajonc dalam berbagai penelitian menunjukan bahwa anak pertama biasanya memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dari adik-adiknya. Oleh karena itu dijelaskan karena anak pertama untuk jangka waktu yang cukup lama hanya di kelilingi oleh orang-orang dewasa – suatu lingungan yang memberi keuntungan intelektual.
3. Stabilitas inteligensi dan IQ
Perama-tama, kita harus menyadari bahwa intelegensi bukanlah IQ, seperti akan dijelaskan kemudian, seperti dijielaskan di depan, intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedangkan IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi tertentu (yang notabene, hanya mengukur sebagian kecil dari itelegensi).
Bila kita membahas stabilitas intelegensi, maka kita merujuk pada suatu konsep yang umum tadi. Di depan sudah dijelaskan bahwa intelegensi sangat di pengaruhi oleh perkembangan organik otak seseorang. Oleh karena itu, sesuai dengan tahap-tahap perkembangan otak, maka pada masa-masa pertumbuhan ( + sampai usia 20 thn) akan terjadi peningkatan intelegensi, setelah itu ada suatu masa-masa stabil, kemudian, sejalan dengan kemunduran organis otak, akan terdapat kecenderungan menurun. Penelitian yang dilakukan oleh David Wechsler (1958) menunjukan hasil seperti pada diagram dibawah ini.
Berbeda dengan intelegensi, stabilitas IQ tidak diukur semata-mata berdasarkan perubahan-perubahan fisik (umur yang sebenarnya), tetapi sudah mengacu pada norma kelompok (lihat uraian di bawah ini C). Pendekatan seperti ini akan menghasilkan skor IQ yang relatif stabil karena sekelompok mengalami masa-masa pertumbhan danpenurunan organis dalam periode yang hampir bersamaan.
4. Intelegensi dan IQ
Orang sering kali menyamakan arti intelegensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang amat mendasar. Arti intelegensi sudah dibicarakan di depan, sedangkan IQ, sedangkan IQ atau tingkatan dari Intellegence Quotient adalah skor yang di peroleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan membandingkan umur mental (Mental Age atau MA) dengan umur kronologok (Chronologikal Age atau C.A). Bila kemampuan individu dalam memcahkan persoalan-persoalan yang disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut sama dngankemampuan yang seharusnya ada pada individu seumur dia saat itu (umur kronologis) maka akan diperoleh skor 1. skor ini kemudian dikalikan 100 dan dipakai sebagai dasar perhitungan IQ. Bila MA lebih tinggi dari CA, akan diperoleh skor lebih tinggi dari 100 (yang mengindikasikan kemajuan intelektual). Sebaliknya, bila MA lebih rendah dari CA akan diperoleh skor ruang dari 100 yang mengindikasikan keterbelakangan inteletual).
Tetapi kemudian timbul masalah karena setelah otak mencapai kemasakan, tidak terjadi perkembangan lagi bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan. Dengan demikian, MA akan mengalami stagnasi dan penurunan pada waktu tertentu, tetapi CA terus bertambah. Bila rumus diatas tetap dipakai, maka skor IQ seseorang akan turun drastis bila diukur kembali setelah ia berumur 50 tahun.
Masalah ini kemudian diatasi dengan membandingkan skor seseorang dengan skor orang lain dalam Kelompok umur yang sama. Cara ini disebut perhitungan IQ berdasarkan norma dalam kelompok (wihitin-group norms)-hasilnya adalah IQ penyimpangan atau deviation IQ.
Dengan cara perhitungan ini, maka orang yang IQ-nya sama dengan rata-rata kelompok akan memperoleh nilai 100. nilai yang lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai rata-rata kelompok akan kenentukan posisi IQ orang tersebut dalam kelompok umurnya.

Emotional Equotient
Emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap prilaku individu yang berupa perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi situasi tertentu. Interaksi antara kognisi, emosi, dan tindakan mencerminkan satu sistem hubungan sebab akibat. Albert Ellis mengungkapkan bahwa kognisi sangat penting dalam memberikan kontribusi terhadap emosi dan tindakan, emosi juga berperan penting berkontribusi atau menjadi sebab terhadap kognisi dan tindakan, serta tindakan, serta tindakan berkontribusi atau menjadi penyebab kognisi dan emosi. Bila seseorang mengalami perubahan dalam salah satu dari ketiga ranah itu, maka cenderung akan mengalami perubahan dua lainnya. Reaksi emosi dapat secara akurat dan terkadang tidak akurat untuk diinterpretasikan apabila tidak memahami perkembangan individu karena antara kognisi, emosi dan motorik merupakan suatu sistem yang saling pengaruh timbal balik.
Meskipun banyak definisi mengenai emosi, satu yang diberikan oleh Arnold cukup jelas yaitu “Rasa dan/atau perasaan yang membuat kecenderungan yang mengarah terhadap sesuatu yang secara intuitif di nilai sebagai hal yang baik atau bermanfaat, atau menjauhi dari sesuatu yang secara intuitif dinilai buruk atau berbahaya. Tindakan itu diikuti oleh pola-pola perubahan fisiologis sejalan dengan mendekati atau menghindari obyek. Pola tindakan berbeda antara emosi yang berbeda.
Kata “Emosi” berasal dari bahasa latin “Emovere”: yang artinya “Bergerak ke luar”. Maksud setiap emosi adalah untuk menggerakan individu untuk menuju rasa aman dan pemenuhan kebutuhannya, serta menghindari sesuatu yang merugikan dan menghambat pemenuhan kebutuhan. Emosi dasar sangat diperlukan oleh individu untuk memperoleh kelestarian hidup karena emosi berkontribusi terhadap kestabilan seluruh kehidupannya. Sebagai contoh setiap orang membutuhkan cinta. Tetapi iapun perlu merasakan pula sakit hati (hurt) yang mengajarnya untuk menghadapi situasi yang membahayakan; takut (fear) yang mengantisipasi dan isyarat akan adanya bahaya; marah (anger) yang memindahkan hambatan untuk mencapai pemuasan kebutuhan; rasa bersalah (guilt) yang menolong untuk menghindari sesuatu yang dapat melukai dirinya.
Apabila emosi berfungsi secara sempurna, maka sesuai dengan maksudnya emosi akan menimbulkan gerakan dan arahan. Misalnya, apabila seorang laki-laki marah kepada isterinya maka terjadi tindakan (gerakan) terhadap isterinya (arahan). Bila dijabarkan ada empat kemungkinan proses emosi yang terjadi pada diri individu, yaitu: (1) orang dapat menekan emosi sehingga tidak ada gerakan dari arah tindakannya, (2) orang tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk mengendalikan gerakan dan arah tindakan, (3) orang digerakan oleh emosi tetapi tidak memiliki arah, (4) orang digerakan oleh emosi tetapi dengan arah yang salah.